Laman

Gambar

Para Siswa SMPN 1 kayen Berwisata Ke Pantai Kuta Pulau Dewata Bali

Gambar

Beberapa alumnus SMPN 1 Kayen bersilaturohim pada Hari Idul Fitri

Gambar

Indah Bunga Anggraeni Juara 3 Lomba Story Telling Kab. Pati Thn 2012

Gambar

Bersama para peserta calon IN kelas 7a LPMP Jogya Thn 2014

Gambar

Peserta lomba MPI,Blog,Website di BPTIKP Disdik Jateng Thn 2014

Gambar

Para Siswa memggunakan gambar,realia untuk bercerita Bahasa Inggris

Gambar

Bersama dengan Juri dan Peserta pada Lomba Inovasi Media Nasional

Sabtu, 08 April 2023

Catatan Materi Lokakarya 4 PGP Angkatan 7 Kab. Pati, SMAN 3 Pati

Writtten and posted by Pak Damin Catatan ini dibuat penulis sebagai persiapan pada Lokakarya 4 Angkatan 7 PGP di SMAN 3 Pati, Minggu, 8 April 2023. Saffin Hotel Pati, 621

Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan 

Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). 

Paradigma berfikir Coaching:

1. Fokus pada Couchee /rekan

2. Bersikap terbuka dan ingin tahu

3. Memiliki kesadaran diri yang kuat

4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan


Prinsip Coaching:

1. Kemitraan

    Membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih  tinggi atau lebih rendah di antara keduanya

2. Proses Kreatif:

    Proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: 1. dua arah 2. memicu proses berpikir coachee 3. memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru 

3. Memaksimalkan potensi

Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya


Kompetensi Inti Coaching :

1. Kehadiran Penuh/Presence : hadir seutuhnya

2.  Menengarkan Aktif

3.  Mengajukan Pertanyaan Berbobot


RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut: 

R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan.

 A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…” “ya…”. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat. 

S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesu

A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan: 

 a. ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing)

 b. ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya 

c. pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi 

d. dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana 

e. Hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah

ALUR TIRTA

1. Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung.  dapat ditanyakan kepada coachee diantaranya: a. Apa rencana pertemuan ini? b. Apa tujuannya? c. Apa tujuan dari pertemuan ini? d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui? e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini? Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee. 

2. Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi) Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini diantaranya adalah: a. Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang? b. Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Anda? c. Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut? d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil? e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan? f. Apa solusinya? 

3. Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat) a. Apa rencana Ibu/bapak dalam mencapai tujuan? b. Adakah prioritas? c. Apa strategi untuk itu? d. Bagaimana jangka waktunya? e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu? f. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan? 

4. TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya) a. Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi? b. Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen? c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

 1. Definisi mentoring Stone (2002) mendefinisikan suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan. 2. 

2.Definisi konseling Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. 3. 

3. Definisi Fasilitasi Shwarz (1994) mendefinisikan sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. 

4. Definisi Training Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai


Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:

1. Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru 

2. Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu 

3. Terencana 

4. Reflektif 

5. Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati 

 6. Berkesinambungan 

7. Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademi


Siklus dalam supervisi klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni 

1.Pra-observasi Pertemuan pra-observasi ini merupakan percakapan yang membangun hubungan antara guru dan supervisor sebagai mitra dalam pengembangan kompetensi diri 

2.Observasi Aktivitas kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor 

3.Pasca-observasi Percakapan supervisor dan guru terkait hasil data observasi, menganalisis data, umpan balik dan rencana pengembangan kompetensi. Proses percakapan bersifat reflektif dan bertujuan perbaikan ke depan.



Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching: 

1. Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee 

2. Tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah 

3. Sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan 

4. Selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee Menurut Costa dan Garmston (2016) dalam Cognitive Coaching: Developing 


Minggu, 12 Februari 2023

Sekilas Materi Lokakarya 2, PGP Angkatan 7

Written and posted by Pak Damin.

Assalamualaikum Wr. Wb. para pembaca blog Let's Learn English yang budiman. Pada posting ini sebagai salah satu Pengajar Praktik pada PGP angkatan 7, saya akan buat catatan tentang beberapa  materi yang menjadi fokus diskusi pada Lokakarya 2 (Safin Hotel Pati, 12-2-2023, Kamar 701). Tujuannya adalah untuk belajar dan belajar kembali, mengingatkan diri pada pemahaman materi yang secara menyeluruh. Membaca, mendengar, menulis, membagikan kembali kepada para CGP pada Kelas A di SMAN 3 Pati, Minggu 12 Pebruari 2023. 



Visi dari guru penggerak adalah

mewujudkan anak-anak Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila. Yaitu pelajar yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mandiri, inovatif, berkebhinekaan global, mampu hidup bergotong royong, serta mampu bernalar kritis.


Kompetensi guru penggerak mencakup 4 kategori yaitu 

(1) mengembangkan diri dan orang lain; 

(2) memimpin pembelajaran; 

(3) memimpin pengembangan sekolah; dan 

(4) memimpin manajemen sekolah.


Profil Pelajar Pancasila

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
  1. Berkebinekaan global
  1. Bergotong royong
  1. Mandiri
  1. Bernalar kritis
  1. Kreatif



Foto Kelas A bersama Wakil Disdikbud Kab Pati dan Dinas Prop Jateng setelah
Acara Lokakarya 2 

Visi : Cita cita yang kita ingin capai di masa yang akan datang, Sesuatu yang kita ingin capai atau raih.

Evans (2001) Para pemimpin sekolah perlu mendorong perubahan budaya sekolah. 

Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. 

Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan. Ia berpendapat juga bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik.

Perubahan Postitip:

“Perubahan di sekolah dapat diinisiasi oleh pihak luar, tetapi perubahan yang paling penting dan berkesinambungan akan datang dari dalam.” ~ Roland Barth, “Improving schools from within” (1990


BAGJA menurut Cooperidder (2008)

Buat Pertanyaan : Define

Ambil Pelajaran : Discover

Gali Mimpi : Dream

Jabarkan Rencana: Design

 Atur Eksekusi : Deliver

Perubahan model BAGJA berpusat pada visi yang berpusat pada murid.

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdek

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Restitusi Sebuah Cara Menanamkan Disiplin Positif Pada Murid 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) 

Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

5 Kebutuhan Dasar Manusia  yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). 

Standar Nasional Pendidikan: Lingkungan yang positif sangat diperlukan agar pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: 1) Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang:

 a. interaktif; 

b. inspiratif;

 c. menyenangkan; 

d. menantang; 

e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan

 f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

Standar Pendidikan Nasional: Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan. Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan. 

 (To be Continued and To be Edited)